Perjuangan Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol merupakan pejuang yang berasal dari Sumatra Barat. Nama aslinya yaitu Peto Syarif. Nama Bonjol diambil dari sebuah nama desa di daerah Sumatra Barat.
Beliau memimpin Kaum Paderi berjuang untuk memurnikan ajaran Islam dari penyimpangan dan melawan penjajah belanda. Tuanku Imam Bonjol memimpin rakyat Sumatra Barat untuk melawan Belanda karena beliau melihat Belanda telah bertindak sewenang-wenang. Belanda telah memperlakukan rakyat Sumatra Barat dengan seenaknya.
Belanda bahkan melakukan politik adu domba dengan mendekati kaum Adat yang dianggap bisa diajak bekerja sama. Belanda menganggap Kaum Paderi di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol dapat membahayakan kedudukan Belanda. Perang antara kaum paderi dengan Belanda disebut perang paderi yang berlangsung tahun 1821-1827.
Beliau memimpin Kaum Paderi berjuang untuk memurnikan ajaran Islam dari penyimpangan dan melawan penjajah belanda. Tuanku Imam Bonjol memimpin rakyat Sumatra Barat untuk melawan Belanda karena beliau melihat Belanda telah bertindak sewenang-wenang. Belanda telah memperlakukan rakyat Sumatra Barat dengan seenaknya.
Belanda bahkan melakukan politik adu domba dengan mendekati kaum Adat yang dianggap bisa diajak bekerja sama. Belanda menganggap Kaum Paderi di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol dapat membahayakan kedudukan Belanda. Perang antara kaum paderi dengan Belanda disebut perang paderi yang berlangsung tahun 1821-1827.
Tuanku Imam Bonjol |
Setelah perang diponegoro berakhir, seluruh tentara Belanda dikerahkan ke Sumatra Barat untuk bertempur dengan pasukan Tuanku Imam Bonjol. Pada pertempuran tersebut, Belanda berhasil merebut daerah Bonjol. Melihat hal tersebut, Kaum Paderi dan Kaum Adat menyadari pentingnya persatuan.
Mereka pun bersatu untuk melawan Belanda. Perlawanan kaum Paderi dan kaum Adat, membuat Belanda kewalahan. Kaum Paderi berhasil merebut kembali daerah Bonjol. Pada 28 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol memenuhi undangan Residen Francis untuk berunding di Palupuh. Namun perundingan tersebut hanya jebakan yang dibuat oleh pihak Belanda. Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian, beliau dipindahkan ke Ambon dan selanjutnya ke Manado. Beliau wafat di Manado pada 6 November 1864.
Mereka pun bersatu untuk melawan Belanda. Perlawanan kaum Paderi dan kaum Adat, membuat Belanda kewalahan. Kaum Paderi berhasil merebut kembali daerah Bonjol. Pada 28 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol memenuhi undangan Residen Francis untuk berunding di Palupuh. Namun perundingan tersebut hanya jebakan yang dibuat oleh pihak Belanda. Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian, beliau dipindahkan ke Ambon dan selanjutnya ke Manado. Beliau wafat di Manado pada 6 November 1864.