Nama Asli dan Julukan Tuanku Imam Bonjol
Ada yang tahukan dengan nama asli Tuanku Imam Bonjol? Jika belum, baca artikel ini baik-baik.
Muhamad Sahab merupakan nama asli Tuanku Imam Bonjol. Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di daerah Tanjung Bunga, Pasaman, Sumatera Barat. Oleh teman-teman remajanya, ia akrab dipanggil dengan nama Peto Syarif. Sesudah beberapa lama menuntut ilmu di Aceh, ia akhirny kembali ke kampung halamannya dan belajar agama pada seorang alim ulama yang bernama Tuanku Nan.
Pada tahun 1807, Muhammad Sahab mendirikan sebuah benteng pertahanan di sekitar kaki Bukit Tajadi dan diberinya dengan nama Bonjol. Sejak saat itulah, dirinya dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol. Ia sangat aktif menyebarkan ajaran Padri mulai dari daerah Lembah Alahan Oanjang sampai ke daerah Tapanuli Selatan.
Pada saat itu, kaum Padri terus bertentangan dengan kaum adat. Belanda justru memanfaatkan hal itu untuk menguasai wilayah Sumatera Barat dengan cara licik yaitu mendukung kaum adat. Perang Padri pun akhirnya pecah pada tahun 1921.
Pada tahun 1924, Belanda mengadakan sebuah perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Masang dengan Tuanku Imam Bonjol dan Belanda mengakui Imam Bonjol sebagai penguasa wilayah Alahan Panjang. Namun, Belanda melanggar perjanjian itu dan mendirikan sebuah benteng Fort van der Capellen di daerah Batu Sangkar dan Fort de Kock di Bulittinggi. Keadaan ini akhirnya membuat perang berkobar lagi.
Setelah perang Diponegoro (1825-1830) usai, Belanda mengerahkan kekuatan untuk memerangi kaum Padri kembali. Pada September 1832, Belanda menduduki benteng Bonjol. Tetapi tiga bulan berlalu, benteng Bonjol tersebut berhasil direbut lagi oleh kaum Padri.
Pada tahun 1834, Belanda secara besar-besaran mengerahkan pasukan untuk menyerang benteng Bonjol. Namun baru pada tanggal 16 Agustus 1837, benteng ini jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Imam Bonjol berhasil meloloskan diri dan tetap melanjutkan perjuangannya secara bergerilya.
Dalam usaha untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol, pada bulan Oktober 1837, Belanda berpura-pura dengan mengajaknya berunding. Tuanku Imam Bonjol datang memenuhi undangan tersebut, namun ternyata ditangkap tanggal 25 Oktober 1837. Tuanku Imam Bonjol ditawan di Bukittinggi. kemudian ia pun diasingkan ke berbagai tempat, diantaranya Cianjur, Ambon dan Lotan, daerah dekat Manado. Ia wafat di Manado pada tanggal 8 November 1864.