Wajib Tahu! 4 Tokoh Penting dan Peranannya dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bukanlah berarti bangsa Indonesia bernyaman-nyaman ria dan duduk manis. Masih banyak usaha-usaha dalam mempertahankan kemerdekaan.
Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia, ditempuh dengan dua cara. Cara tersebut melalui cara perang dan cara diplomasi. Dan generasi saat ini wajib tahu bahwa ada beberapa tokoh yang turut berperan dalam kedua cara init, antara lain sebagai berikut.
a. Ir. Soekarno
Tanggal bersejarah, yaitu 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan dengan mengucap atas nama bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelahnya Ir. Soekarno diangkat dan ditetapkan menjadi Presiden Republik Indonesia. Sebagai pemimpin tertinggi pada saat itu, Presiden Soekarno banyak melakukan usaha diplomasi dengan para pemimpin tentara Sekutu yang ada di Indonesia.
Kedatangan para tentara Sekutu di Indonesia yang ternyata diboncengi oleh NICA membuat Presiden Soekarno seakan berada pada posisi yang sangat sulit. Sekutu yang hanya menerima informasi sepihak dari Belanda, sangat mendukung pengembalian Indonesia menjadi jajahan Belanda kembali. Berkat usaha diplomasi Presiden Soekarno dan Bung Hatta, maka Sekutu yang dipimpin Letjen Christison bersedia mengakui keberadaan RI. Pada tanggal 1 Oktober 1945, Letjen Christison tegas menyatakan bahwa kedatangannya tidak untuk merebut pemerintahan sah Republik Indonesia.
Kemampuan dan kepiawaian dalam diplomasi Presiden Soekarno diuji kembali manakala pecahnya pertempuran di Surabaya pada tanggal 28 Oktober 1945. Tentara Sekutu yang dikomadoi oleh Brigjen Mallaby mengakibatkan jatuhnya banyak korban di kedua belah pihak. Untuk menghindari jatuhnya banyak korban di kedua belah pihak, maka Bung Karno secepatnya mengadakan diplomasi. Berkat diplomasi Bung Karno, maka jatuhnya korban di kedua belah pihak ini pun dapat dihindari.
Selama masa perang kemerdekaan sampai dengan pengakuan kedaulatan, perjuangan yang dilakukan oleh Bung Karno pun terus berlanjut. Bung Karno tetaplah memakai cara diplomasi didalam perjuangannya. Hal ini tercermin dalam pidato Bung Karno pada saat rapat umum di Magelang tanggal 16 Maret 1946. Beliau menyatakan bahwa ada jalan perjuangan bangsa Indonesia, satu di antaranya ditempuh dengan jalan diplomasi.
b. Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta dan akrab dipanggil Bung Hatta sejak muda memang telah menjadi tokoh penggerak mahasiswa Indonesia. Bung Hatta adalah tokoh organisasi Pemuda Indonesia (PI). Pemuda Indonesia adalah merupakan organisasi mahasiswa pelajar Indonesia yang ada di luar negeri (Belanda). Pemuda Indonesia mempunyai banyak pengaruh bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta bersama dengan Ir. Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta dipilih, diangkat dan ditetapkan menjadi wakil Presiden Indonesia yang pertama.
Dalam usaha untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, perjuangan Bung Hatta juga dilakukan melalui cara diplomasi. Beliau mengadakan usaha diplomasi dengan pihak penjajah maupun dengan negara-negara lain di dunia. Beliau berusaha keras agar kedaulatan Indonesia diakui dunia.
Dalam usaha untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, perjuangan Bung Hatta juga dilakukan melalui cara diplomasi. Beliau mengadakan usaha diplomasi dengan pihak penjajah maupun dengan negara-negara lain di dunia. Beliau berusaha keras agar kedaulatan Indonesia diakui dunia.
Pada tanggal 13 Januari 1948 diadakan sebuah perundingan di Kaliurang. Perundingan tersebut membicarakan mengenai daerah kekuasaan Republik Indonesia. Perundingan ini dilakukan oleh Komisi Tiga Negara (disingkat KTN yang terdiri atas Amerika, Australia, dan Belgia) dengan Indonesia. Pada saat itu, Mohammad Hatta, Ir. Soekarno, Sultan Syahrir, dan Jendral Sudirman adalah merupakan wakil dari Indonesia.
Tanggal 23 Agustus Drs. Mohammad Hatta kembali memimpin delegasi Indonesia dalam usaha diplomasi Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konferensi Meja Bundar adalah merupakan perundingan antara Indonesia, delegasi BFO, UNCI (dari PBB) dan Belanda.
Tujuan utama KMB adalah untuk menyelesaikan pertikaian antara Indonesia-Belanda yang mengarah kepada pengakuan kedaulatan Indonesia. Tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB.
Hasil KMB, Belanda akan menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada akhir bulan Desember 1949. Tanggal 27 Desember 1949, di Den Haag dilakukan upacara dalam rangka penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat, diwakili Drs. Mohammad Hatta, sedangkan Belanda diwakili oleh Ratu Yuliana.
Tanggal 23 Agustus Drs. Mohammad Hatta kembali memimpin delegasi Indonesia dalam usaha diplomasi Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konferensi Meja Bundar adalah merupakan perundingan antara Indonesia, delegasi BFO, UNCI (dari PBB) dan Belanda.
Tujuan utama KMB adalah untuk menyelesaikan pertikaian antara Indonesia-Belanda yang mengarah kepada pengakuan kedaulatan Indonesia. Tanggal 2 November 1949 tercapailah persetujuan KMB.
Hasil KMB, Belanda akan menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada akhir bulan Desember 1949. Tanggal 27 Desember 1949, di Den Haag dilakukan upacara dalam rangka penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat, diwakili Drs. Mohammad Hatta, sedangkan Belanda diwakili oleh Ratu Yuliana.
c. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan seorang raja di Yogyakarta. Beliau adalah seorang demokrat sejati. Dengan sukarela, beliau memasukkan daerah kerajaannya menjadi wilayah Republik Indonesia. Dengan gigih beliau pun ikut berperang melawan Belanda. Pada awal Januari 1946, pemerintah mengambil keputusan untuk memindahkan pemerintahan pusat RI ke Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono IX menyambut hangat mengenai kepindahan tersebut. Beliau juga melindungi pejabat-pejabat negara dan keluarganya dari ancaman tentara Belanda. Beliau rela berkorban demi perjuangan bangsa Indonesia. Belanda ingin beliau mengubah sikap terhadap Republik Indonesia. Belanda mengirim utusan suapay k membujuk beliau denga maksud agar mau bekerja sama dan memihaknya. Belanda bahkan menjanjikan hadiah wilayah Jawa dan Madura. Beliau tetaplah tegar pada pendiriannya. Beliau setia kepada Republik Indonesia. Keinginan Beliau hanya satu yaitu secepatnya Belanda pergi dari Republik Indonesia.
Pada awal kehidupan bangsa Republik Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX berhasil meminta kesanggupan dari Letkol Soeharto untuk mempersiapkan sebuah serangan umum. Tanggal 1 Maret 1949 serangan umum dilaksanakan dan TNI pun berhasil menduduki kota Yogyakarta dalam jangka waktu enam jam. Keberhasilan serangan tersebut mampu menunjukkan bahwa Republik Indonesia belum habis riwayatnya. Sri Sultan Hamengkubuwono IX berperan penting dalam usaha pengakuan kedaulatan RI. Pada tanggal 27 Desember 1949 Sri Sultan Hamengkubuwono IX menandatangani naskah mengenai pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda di Jakarta.
Di Jakarta naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani Sri Sultan Hamengkubuwono IX mewakili Indonesia dan Wakil Tinggi Mahkota A.H.J. Lovink mewakili pihak Belanda. Penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan mengakhiri masa perjuangan bersenjata rakyat Indonesia.
d. Jendral Soedirman
Jendral Soedirman merupakan seorang pejuang yang gigih. Dalam keadaan sakit pun beliau tetap memimpin perlawanan terhadap Belanda. Tanggal 12 Desember 1945 Kolonel Soedirman memimpin pertempuran melawan Sekutu di Ambarawa. TKR berhasil mengalahkan tentara Sekutu. Dalam menghadapi Sekutu, Kolonel Soedirman menggunakan siasat atau taktik Perang Gerilya. Kolonel Soedirman adalah tokoh yang mempelopori Perang Gerilya di Indonesia.
Keberhasilan Kolonel Soedirman dalam memimpin pertempuran di Ambarawa, membuat beliau dipilih menjadi Panglima Besar TKR berpangkat Jendral. Pada masa itu di Indonesia muncul bermacam-macam badan kelaskaran. Badan-badan kelaskaran itu mempunyai kesamaan tujuan yaitu melawan dan mengusir penjajah.
Oleh sebab itu, pada tanggal 3 Juni 1947 semua badan kelaskaran yang ada dimasukkan dalam satu wadah yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tentara Nasional Indonesia dipimpin Panglima Besar Jendral Soedirman. Pada saat tentara Belanda menduduki Yogyakarta beliau turut mengambil keputusan melanjutkan perang gerilya. Keputusan tersebut di sambut baik oleh semua anggota TNI. Tindakan Panglima Besar Jendral Soedirman berhasil meningkatkan semangat perjuangan Republik Indonesia.
Dalam keadaan fisik yang semakin lemah beliau memilih bergerilya daripada di tawan Belanda. Selama bergerilya beliau ditandu. Beliau menempuh jalan beratus-ratus kilometer keluar masuk hutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dalam keadaan fisik yang semakin lemah beliau memilih bergerilya daripada di tawan Belanda. Selama bergerilya beliau ditandu. Beliau menempuh jalan beratus-ratus kilometer keluar masuk hutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.